Selain batu permata berkilau yang bisa ditemukan di kota Cempaka dan Martapura, provinsi Kalimantan Selatan memiliki harta karunnya dalam budaya kelompok etnis Banjar itu sendiri. Melewati generasi ke generasi dan dibuat dengan tangan terbaik suku Banjar, seni Sasirangan adalah manifestasi karya seni etnis Banjar pada lembar kain.
Sasirangan sendiri berasal dari kata Banjar “sirang” atau menyirang yang berarti “menjahit bersama” yang menggambarkan proses jahitan tangan dan tenun kain tradisional yang rumit. Metode pembuatan Sasirangan mirip dengan batik Jawa, yang menerapkan proses pewarnaan pembatas. Bedanya, Sasirangan menggunakan kain pembatas seperti tali atau benang bukan lilin dan ‘canting’. Seniman menjahit pola pada kain, kemudian mengikat pola yang diperlukan dengan tali untuk menghindari kontaminasi dengan warna lain, kain kemudian dicelupkan ke dalam pewarna.
Secara tradisional, pewarna alami digunakan untuk warna; akar kunyit digunakan untuk membuat warna kuning, buah karabintang dan pinang untuk membuat warna merah dan coklat, dll. Saat ini, pewarna kimia lebih umum digunakan. Proses pewarnaan ini disebut Pewarnaan Rintang. Langkah terakhir adalah melepas jahitan saat desain pola akan tampak jelas. Seseorang tidak bisa menciptakan pola yang pasti karena proses manual. Berbeda dengan percetakan batik Jawa kontemporer, produksi massal Sasirangan juga tidak memungkinkan. Produksi potongan sederhana Sasirangan bisa memakan waktu sekitar 4 hari, sedangkan potongan kompleks memerlukan beberapa bulan untuk menyelesaikannya.
Diantara motif kain Sasirangan, yang paling berbeda adalah: Iris Pudak, Kambang Raja, Bayam Raja, Kulit Kurok, Bintang Bahambur, Sari Gading, Naga Balimbur, Kambang Tampuk Manggis, Kangkung Kaombakan, Kambang Tanjung, dan masih banyak lagi.
Banyak orang memperkirakan bahwa produksi Sasirangan dimulai sekitar abad ke 12 sampai 14, pada masa ketika Raja Lambung Mangkurat menguasai Kerajaan Dipa di Kalimantan Selatan. Pada awalnya, jenis kain tertentu dikenali sebagai Kain Pamintan atau “Kain yang Disesuaikan” karena setiap kain dirancang dan dibuat sesuai permintaan spesifik. Motif dan jenis pakaian tertentu dirancang dengan panduan penatua spiritual untuk tujuan upacara spiritual. Selama waktu itu, hanya dukun, atau mereka yang memiliki kemampuan untuk mengusir roh jahat, diizinkan untuk membuat Kain Pamintan.
Saat ini, meski mungkin telah kehilangan beberapa aspek spiritualnya, Sasirangan telah melampaui bentuk tradisionalnya dan telah beralih ke mode modern. Sejak tahun 1980an banyak kaos dan blus sasirangan diproduksi untuk pakaian sehari-hari dan formal. Kebangkitan ini menghasilkan lahirnya ratusan industri rumah tangga kecil karena tidak ada peralatan khusus atau berat yang dibutuhkan. Di Banjarmasin, ibu kota Kalimantan Selatan, sentra produksi Sasirangan dapat ditemukan di Sasirangan yang terletak di daerah Kampung Melayu. Sejak 2010 desa Sasirangan telah ditunjuk oleh Dinas Pariwisata Kota Banjarmasin sebagai salah satu tujuan wisata utama kota.
Penginapan
Terdapat beragam pilihan hotel di Banjarmasin yang menawarkan beragam fasilitas dan tarif.
Mencapai Lokasi: Untuk menuju Kampung Sasirangan sangat mudah, Anda dapat naik taksi langsung menuju Kampung Sasirangan. Untuk lebih ekonomis, Anda dapat naik angkot dari terminal induk di Pasar Sentra Antasari jurusan Pasar Lama, Anda dapat turun di perempatan lampu merah dekat dengan pasar itu, setelah itu Anda berjalan kaki sebentar menuju Kampung Sasirangan karena letaknya bersebelahan dengan Pasar Lama.