
Jakarta adalah ibukota Indonesia yang juga merupakan tempat tinggal bagi jutaan orang yang berasal dari seluruh penjuru negeri. Jakarta menarik orang untuk datang dan tinggal di sana karena berbagai fasilitas dan hiburan yang tersedia.
Karena jutaan orang yang datang dan tinggal di Jakarta, banyak orang yang berasal dari berbagai daerah lain di Indonesia. Mereka datang untuk mencari pekerjaan atau untuk mencari peluang dalam bidang bisnis. Mereka disebut orang perantau dan banyak yang berhasil mencapai kesuksesan di Jakarta.
Karena jumlah penduduk yang besar, Jakarta menyediakan berbagai fasilitas dan layanan yang sangat lengkap, yang dimulai dari transportasi, pendidikan, kesehatan, handphone, retail, hiburan dan lain-lain. Ini membuat Jakarta menjadi tempat yang sempurna bagi para perantau untuk tinggal dan berkembang.
Sepanjang tahun, Jakarta juga menjadi tuan rumah berbagai acara dan festival berbeda. Banyak festival seni dan budaya yang diadakan di Jakarta, yang memungkinkan orang untuk melihat budaya dan kesenian lokal dan memperluas wawasan mereka. Tidak heran banyak orang yang tertarik untuk pindah ke Jakarta, dan terus tumbuh dengan pesat.
Namun sebelum menjadi kota yang berkembang dengan pesat. Kota ini juga memiliki beragam sejarah dan warisan budaya yang tersimpan di jantungnya. Terlepas dari segala kesibukannya, Jakarta tetap merupakan satu-satunya sejarah yang tidak dapat dilupakan.
Jakarta Bermula Dari Sunda Kelapa
Kota Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia yang berkembang dari sebuah kota kecil bernama Sunda Kelapa. Sejarah kota ini dimulai sejak tahun 397 Saat Ratu Purnawarman membangun sebuah kota bernama Sunda Kelapa. Tahun 1522 kota ini berubah menjadi Jayakarta dibawah pemerintahan Portugis.
Sejarah Jakarta bermula dari Sunda Kelapa, Merujuk Buku Sejarah Kota Jakarta 1950-1980, sejarah Jakarta bermula dari sebuah kota pelabuhan Sunda Kelapa yang saat itu wilayahnya masih dikuasai Kerajaan Hindu Pajajaran.
Di masa itu, Sunda Kelapa merupakan pusat perdagangan dan menjadi kota sibuk sampai memikat bangsa Portugis di Malaka. Pada 1552 atas perintah Gubernur Malaka, bangsa Portugis sebagai pendatang asing mulai masuk ke Sunda Kelapa.
Niat para bangsa Portugis itu untuk meminta izin membangun benteng dekat muara Sungai Ciliwung. Rencana pembangunan benteng tersebut kemudian berhasil mendapat restu. Namun ketika bangsa Portugis kembali lagi pada 1527, Sunda Kelapa sudah beralih kekuasaan ke Pangeran Fatahillah.
Jakarta Berganti Menjadi Jayakarta
perpindahan kekuasaan Sunda Kelapa ke tangan Fatahillah ternyata memicu pertempuran di antara keduanya. Pertempuran pun berlangsung sampai akhirnya Fatahillah dinyatakan menang dan langsung mengubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta.
Setelah Portugis terusir dari Sunda Kelapa, pelabuhan dan pusat perdagangan rempah-rempah itu berganti nama menjadi Jayakarta, yang artinya kota kemenangan. Bermula dari kawasan pelabuhan Sunda Kelapa yang sibuk. Pada 22 Juni 1527, Pangeran Fatahillah datang dan mendirikan Kota Jayakarta untuk mengganti Sunda Kelapa. Tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai peristiwa berdirinya Kota Jakarta.
Dikarenakan pertumbuhan perdagangan di Jayakarta semakin berkembang pesat, wilayah ini menjadi tujuan para pedagang dari Eropa, Belanda, Portugis, sampai Inggris. Bangsa Eropa, Belanda, Portugis, dan Inggris ini banyak mendirikan kantor pusat dagang di Jayakarta. Jayakarta juga menjadi tempat berkumpulnya kapal-kapal dagang dari berbagai negara untuk bertukar komoditas.
Jakarta Berganti Menjadi Batavia
Berlanjut pada tahun 1619, Jayakarta mulai dijadikan pusat kekuasaan bangsa Belanda di Indonesia. Hal ini bermula ketika Belanda memindahkan kantor serikat dagang VOC ke Jayakarta. Selama dikuasai Belanda dan dipimpin Jan Pieterszoon Coen, Jayakarta kembali mengalami perubahan nama menjadi Batavia.
Belanda juga membuat rancangan tata kota Batavia menyerupai kota-kota yang ada di negaranya dengan ciri berbentuk blok dan dipisahkan dengan kanal. Pembuatan kanal-kanal di tengah kota ketika itu banyak dikritik karena dinilai kotor dan menjadi sumber penyakit, bahkan sempat dijuluki cemetery orang Eropa.
Setelah Jayakarta dibumihanguskan oleh Belanda, dari reruntuhannya lahirlah Batavia. Batavia merupakan pusat pemerintahan VOC dan Hindia Belanda.
Jakarta Berganti Menjadi Tokubetsu Shi
Pada 1942 Belanda takluk di tangan Jepang yang berhasil mengambil alih kekuasaan dan kembali mengusulkan nama baru. Dari Batavia tercetus nama baru yaitu Djakarta Tokubetsu Shi yang berasal dari bahasa Jepang dengan arti ‘Jauhkan Perbedaan’.
Di samping itu kondisi Batavia memang dikenal sebagai kawasan yang berisi percampuran dari berbagai bangsa. Nama Djakarta Tokubetsu Shi kemudian disahkan saat peringatan Hari Perang Asia Timur Raya pada 8 Desember 1942. Namun, masa kekuasaan Jepang tidak berlangsung lama karena pada 1945 mereka menyerah pada sekutu.
Jakarta Usai Merdeka
Kini Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia. Hari lahirnya kota Jakarta (22 Juni) adalah hari dimana Fatahillah dan pasukannya berhasil mengalahkan tentara Portugis dari Pelabuhan Sunda Kelapa pada tahun 1527.
Sejak saat itu, kota telah berkembang dengan pesat. Pemerintah telah memberikan banyak bantuan untuk membangun gedung-gedung dan jembatan. Pemukiman di sekitar kota pun berkembang, seiring dengan perkembangan ekonomi dan politik. Saat ini, Jakarta adalah salah satu kota terpadat di dunia dan merupakan salah satu pusat keuangan dan transaksi terbesar di Asia Tenggara.
Kota ini juga memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Bukan hanya karena berbagai bangunan tua yang bersejarah, tapi juga berbagai macam kuliner, makanan, dan budaya Melayu, serta kesenian tradisional lainnya. Dengan lebih dari delapan juta orang tinggal di Jakarta, menjadikannya sebagai salah satu kota terpadat di dunia.
Berbagai hal telah berubah sejak saat pertama kali Sunda Kelapa berubah menjadi Jakarta. Lebih dari 450 tahun sejarah Jakarta telah berkembang menjadi pusat keuangan dan teknologi Asia. Meskipun semakin padat, kota ini tetap memiliki keunikan yang tidak dapat diabaikan. Kota ini juga memiliki beragam warisan budaya yang tersimpan di jantungnya. Terlepas dari segala kesibukannya, Jakarta tetap merupakan satu-satunya sejarah yang tidak dapat dilupakan.
